Ruang Diksi (Diskusi & Advokasi) - Komunikasi Pemerintah dan Media Membalut Wadas Pada Titik Perkara
Dinamika kehidupan tidak dapat dihindari.
Konflik-konflik sosial terus berdatangan, meminta untuk segera diselesaikan.
Seluruh pihak yang terlibat bergerak dan berkonstribusi sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa juga dituntut untuk berperan
dalam menyelesaikan konflik antara masyarakat dengan pemerintah. Menggali
keadilan dan menanamkan kesejahteraan menjadi fokus utama bagi mahasiswa. Salah
satu peran yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan forum diskusi bersama
mahasiswa lain, ahli dan pengamat sosial.
Himpunan
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UNESA telah mengambil langkah awal untuk
mengadakan forum diksusi, dengan tujuan menajamkan pemikiran kritis serta
menemukan titik permasalahan yang nantinya dapat melahirkan sebuah solusi.
Wadah diskusi diinisiasi oleh Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Masyarakat
(Advokesma) dengan nama “Ruang Diksi (Diskusi dan Advokasi)” yang telah
terlaksana pada 26 Maret lalu. Tema diskusi yang dipilih adalah mengenai isu
Desa Wadas dengan tajuk “Komunikasi Media dan Pemerintah Membalut Wadas Pada
Titik Perkara” Ruang Diksi berkesempatan untuk mengundang Gilang Gusti Aji, S.I.P.,
M.SI selaku dosen ilmu komunikasi UNESA dan Ahmad Yusuf A. yakni commers 17
sekaligus Koordinator ISU Pendidikan BEM Nusantara.
Sebelum
memulai diskusi, Ruang Diksi menayangkan special
performance dari Jeremy Commers 21 yang mengcover lagu Symphoni Yang Indah
oleh Once. Setelah itu dilanjutkan dengan pemutaran video pengantar yang
berfungsi sebagai pemantik opini peserta. Bagaimana peran media sebagai sumber
informasi bagi khalayak umum menjadi fokus utama, karena mengingat kasus
penolakan penambangan batu andesit oleh warga wadas telah terjadi sejak 2019
lalu, namun isu tersebut baru menjadi pembicaraan hangat sejak akhir tahun
2021. Pembahasan terkait media berujung pada teori agenda setting, “media memiliki kekuatan untuk memberikan penekanan dan
mengarahkan pada publik tentang apa yang dianggap penting dan mana yang tidak
penting” ujar Gilang (26/03). Selain agenda
setting, diskusi juga mengarah kepada teori market dictatorship dimana media tidak bisa lepas dari bisnis dan
ditentukan oleh pasar. Maka dari itu setelah terjadi konflik penangkapan warga
wadas dan masyarakat mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, disitulah media
muncul untuk meliput karena konflik tersebut sesuai dengan target pasar. Tidak
hanya terkait media, diskusi juga mengarah kepada bagaimana realita
implementasi HAM kepada warga wadas yang dilihat dari perspektif aktivis
mahasiswa oleh Ahmad Yusuf.
Sesi
diskusi berjalan cukup mengalir antara pemateri dengan peserta. Beberapa dari
mereka turut menyampaikan pertanyaan bahkan pendapat terkait konflik warga
wadas. Kedua pemateri pada akhir sesi juga menyampaikan closing statement dan dilanjutkan oleh pembacaan kesimpulan oleh
moderator. Sebelum diskusi berakhir,
Ruang Diksi kembali menyuguhkan penampilan dari Jeremy Commers 21 dengan
membawakan lagu Runtuh oleh Feby Putri feat
Fiersa Besari sebagai penutup yang manis sekaligus mendinginkan pikiran
setelah berdiskusi kurang lebih selama 60 menit.